Latar Belakang

Bermula dari respons atas kondisi moral bangsa & menurunnya kualitas pendidikan

Transformasi Melalui Pendidikan dengan e-Learning secara resmi lahir pada bulan Oktober 2010, bertepatan dengan penyelenggaraan Asia Pacific Transformation Conference (APTC) di Jakarta, sebagai respons atas kondisi moral bangsa, menurunnya kualitas pendidikan, serta berkurangnya perhatian gereja terhadap keberadaan sekolah-sekolah Kristen di Indonesia, yang antara lain ditandai dengan tutupnya cukup banyak sekolah-sekolah Kristen di berbagai daerah. TRAMPIL diharapkan dapat menjadi sebuah kontribusi gereja dan masyarakat Kristen melalui pendidikan yang berkualitas dalam rangka ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun karakter luhur generasi muda Indonesia yang takut akan Tuhan.

[3] Saat itu Dekan FKIP Universitas Kristen Satya Wacana

Sekelompok pemikir, di antaranya Dr Vishal Mangalwadi[1] dan Dr Iman Santoso[2] mengusulkan agar di bangun pusat-pusat pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT Learning Centers) di mana anak-anak muda yang berada di pelosok sekalipun dapat mengenyam pendidikan berkualitas hingga jenjang pendidikan tinggi. Mereka dapat dilibatkan dalam proyek-proyek pembangunan bangsa (nation building) yang sekalipun dimulai dalam skala mikro namun memiliki daya ungkit bagi terjadinya transformasi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di mana mereka berdomisili dan berkiprah. Kelompok anak muda ini, selain berkarya nyata diarahkan agar mau terus belajar. Metode yang dipandang tepat untuk menjawab kebutuhan belajar anak-anak muda ini, yang berada di berbagai daerah terpencil dan jauh dari sumber-sumber belajar konvensional, adalah e-learning.

[1] Penulis, pengajar, penggerak pembaharuan masyarakat (www.revelationmovement.com)
[2] Koordinator Transformation Connection Indonesia, Anggota Dewan Pembina Yayasan Trampil Indonesia

Awal Mula Kegiatan TRAMPIL

Mengingat belum adanya payung hukum untuk sistem pembelajaran jarak jauh berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (e-learning), maka atas saran Prof Dr Lobby Loekmono[3], TRAMPIL memulai kegiatannya pada tahun 2010 dengan terlebih dahulu menjawab kebutuhan para guru (terutama guru SD dan PAUD yang berjumlah paling besar) yang wajib memenuhi kualifikasi akademik minimal sarjana sebagaimana disyaratkan UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Olehkarena mengemban tugas inilah, maka pada awal tahun 2011, TRAMPIL secara resmi menjadi program kerja Majelis Pendidikan Kristen di Indonesia (MPK). Sebuah gugus tugas dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya dan kelak menjadi cikal bakal pembentukan Yayasan Trampil Indonesia.

[3] Saat itu Dekan FKIP Universitas Kristen Satya Wacana

Sejak awal kegiatan TRAMPIL, Yayasan Pendidikan Visi dan Misi Mitra Kasih Surabaya (YPVM) bersama MitraNet telah memfasilitasi berbagai pelaksanaan pilot project di beberapa lokasi. Pilot project pertama dilaksanakan di lokasi Gereja Kristen Indonesia – Sekolah Kristen Petra Jombang, Jawa Timur.

Berkat dukungan dan bantuan University of the Nations dan Youth With A Mission (YWAM) serta banyak rekan-rekan yang peduli pada pendidikan Kristen di Indonesia, maka pelatihan-pelatihan para fasilitator ICT Learning Centers diselenggarakan. Dr Takim Andriono, selaku Koordinator Gugus Tugas dan kemudian Ketua Dewan Pengurus Yayasan Trampil Indonesia memperoleh kesempatan untuk belajar cara menyelenggarakan pendidikan dengan e-learning di Kampus University of the Nations, Kona, Hawaii, USA selama dua minggu.

Seiring dengan itu, guna memantapkan kiprah TRAMPIL, maka kemitraan dengan berbagai lembaga dibangun. Hingga Maret 2013 tercatat ada 10 (dua belas) perguruan tinggi Kristen dan Katolik[4], 1 (satu) perguruan tinggi negeri[5] yang telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan Majelis Pendidikan Kristen di Indonesia untuk TRAMPIL. Selain itu tercatat pula STTB The Way (di bawah naungan GBI Gatot Subroto) yang dari sejak awal lahirnya TRAMPIL telah ikut serta memberikan berbagai dukungan, di antaranya memfasilitasi penyelenggaraan rapat-rapat di Jakarta.

Dalam melaksanakan tugasnya untuk membantu para guru yang perlu belajar untuk meraih kualifikasi akademik S-1 ternyata TRAMPIL harus menghadapi sikap dan pandangan Kepala Dinas Pendidikan di berbagai kabupaten/kota yang sangat beragam terhadap pelaksanaan Program S-1 Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan yang diselenggarakan melalui ICT Learning Centers (sekalipun telah diatur dalam Permendiknas No 58 tahun 2008). Mengingat ijazah S-1 Pendidikan Guru yang akan diterima oleh para peserta, yakni guru-guru Sekolah Dasar dan Pendidikan Anak Usia Dini Kristen yang belum S-1, harus bisa diterima dan diakui oleh semua Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, maka telah dijalin kerjasama dengan Universitas Terbuka (UT). Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) telah ditandatangani pada tanggal 15 Maret 2013 di Jakarta dengan disaksikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Kesepakatan dengan UT memungkinkan TRAMPIL bersama 11 perguruan tinggi mitra untuk memberikan 50% tutorial dengan materi pembelajaran berbasis Alkitab dan keterampilan-ketrampilan Abad XXI.

[4] Universitas Nommensen, Universitas Kristen Indonesia, Universitas Kristen Krida Wacana, Universitas Kristen Maranatha, Universitas Kristen Satya Wacana, Universitas Kristen Duta Wacana, Universitas Katolik Sanata Darma, Universitas Kristen Petra, Universitas Dhyanapura, Universitas Kristen Arta Wacana
[5] Universitas Nusa Cendana, Kupang